Aku percayakan tinta dan pena cahaya ini dengan sepenuh jiwa supaya kau buat teduh dan bersahaja.

Kemudian kau goreskan mimpi sederhana dengan cara yang abstrak.

Warna berbeda yang dilapiskan pada langit yang kau buat menunduk setiap kali wajahmu menatap angkasa.

Bahkan mentari meredup saat kau mengibaskan rambutmu hingga mengering setelah mandi pagi.

Bisakah kita bersama saling menyempurnakan hari?

Bisakah kita bersama saling melengkapi jemari?

Bahkan aku tidak berani menitipkan rindu pada rembulan, karena dia mengaku rendah akibat cahaya jiwamu membelah malam.

Kanvas amatir ini kubawakan dengan secerca abu, supaya bisa kau cerna dan lukis penuh warna!