Archive for Mei, 2012


Di tempat yang selalu sama setiap pagi, membaca judul-judul menaikkan tensi, kemudian meredakannya dengan secangkir
kopi. Setelahnya bergegas menjemur umur di tiang – tiang gawang.

Hari ini, kabarnya nyawa mendapat banyak potongan harga.
Dan di minimarket yang berlari cepat di sebelah pasar yang berjalan lambat seperti tayangan ulang pelanggaran sepakbola. Kemanusiaan dijual dalam kemasan kalengan. Terburu-buru asal sambar tak sadar tanggal yang kadaluwarsa.

Di dapur, kita memasak sambil melihat televisi membusungkan dadanya. Lalu diam-diam pergi ke kamar mandi mencicipi asin darah sendiri.

Kehilangan hidup, kembali hanya menjadi angka-angka di lembaran awal surat kabar. Getir, semakin tak lagi bisa dicecap lidah kita yang kian tawar.

Jika aku kehabisan daun, kau jangan berhenti berteduh. Ingatkan saja padaku bahwa di sini masih nyaman yang sama meski waktu tengah membuat semua hijauku luruh. Lalu biar kudengar kau berkata: musim – musim kering tak akan membuat nama yang terukir pada tubuhmu seperti remaja jatuh cinta kelak kehilangan pemiliknya.

Jika aku kehabisan daun, kau jangan ikut bersedih. Kuingatkan padamu bahwa di sini akan kembali rindang meski kini angin lebih mudah membikin matamu pedih. Lalu biar kaudengar aku berkata: musim-musim kering memang selalu membuatku cepat
marah — bagaimana jika segala yang tak lagi hinggap kelak membuatmu tak betah?


Maka jika aku kehabisan daun, kau jangan berhenti berteduh. Ingatkan saja padaku bahwa kita tak perlu begitu takut pada sepi.Lalu biar kudengar kau bersuara tanpa henti: perdengarkanlah apapun selain langkah – langkah kaki.

May Day

Demokrasi, katamu
Di kepala kami
Cuma masalah siapa kebelet berak duluan,
boleh serobot antrian
Itu yang kami tangkap
Dari pelajaran yang kalian berikan

Dan bahasa sulit tentang toleransi itu
Ternyata hal ihwal jangan sampai satu dari kita buang hajat di celana
Ya, seperti merelakan pintu WC untuk perawan yang akan menggugurkan kandungan

Sementara keadilan sosial
Tentu saja sudah kami amalkan
Itu hanya hal sederhana tentang keikhlasan berbagi potongan tempe di sela kerja jadi buruh pabrik harian

Jadi tak perlu susah payah beri kami penataran dengan kalimat bergelombang
Kami sudah mengerti dan amat sangat paham
Bahwa kami tak diperkenankan bermimpi tentang gemintang