Biarlah aku menyimpang,
dan menikmati kelainan asa,
karena lelah menjadi bintang,
di antara kilau cahaya berlimpah ruah,
menyilaukan.

Biarlah kuhambur-hamburkan tangisan,
bersama debu yang terinjak-injak,
karena kekalahan adalah keindahan,
dan ribuan mata yang mengejek,
adalah kesejukan.

Biarlah aku memohon-mohon,
untuk menjadi sahabat rerumputan,
yang selalu dipeluk embun di pagi hari,
dan tariannya saat menyambut mentari,
adalah kedamaian.

Biarlah,
tanpa syarat aku pasrah menyerah,
karena yang tercipta dari tanah,
pasti akan kembali,
menjadi tanah

 

[RIP – Plasidomifa]