akan aku temukan dirimu dalam sebuah peristiwa yang terjadi setelah hari ini

dalam sebuah temaram, kau tanggalkan sayap yang menempel di punggungmu
dalam sebuah sentuhan, kusabdakan mantra-mantra yang bernama kenangan

(sehelai bulumu jatuh sebagai rahasia, sedang setitik cahaya yang lain gugur sebagai masa lalu)

dari balik gazebo, kita saksikan hujan di luar jatuh seperti keinginan yang tak pernah diminta,
lalu kita sesap teh yang masih hangat itu tanpa pernah bertanya : “mengapa rasa ini selalu bisa datang tanpa sepengetahuan kita?”

(matamu menciptakan ribuan sungai dan alam purba, lalu aku hampir percaya bahwa sepasang kekasih akan hidup selamanya)

ragu-ragu kau sibak poni yg melintas di keningmu
malu-malu kutasbihkan kau sebagai masa depanku